Benarkah Penderita Campak dan Cacar Air Tidak Diperbolehkan Mandi?
KFTD - Campak adalah salah satu infeksi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini cukup umum terjadi di Indonesia, dan vaksin campak telah tersedia sebagai langkah pencegahan. Beberapa gejala paling khas dari campak adalah munculnya bercak putih kebiruan di dalam mulut dan juga ruam kulit yang terbentuk.
Sementara itu, cacar air adalah infeksi akibat virus varicella. Umumnya gejala cacar air baru muncul dalam 10-21 hari setelah terpapar virus. Cacar air menular melalui udara, paparan batuk atau bersin dari penderita cacar air, bersentuhan dengan benjolan cacar air, dan tidak menjaga kebersihan tangan. Gejala cacar air yang khas adalah munculnya benjolan kecil (vesikel), terasa gatal, dan berisi cairan.
Karena penyakit-penyakit tersebut menyerang kulit, banyak orang yang tidak mandi karena beredar mitos yang menyatakan bahwa dikhawatirkan penyakitnya tidak kunjung mengering dan semakin meluas jika dibasahi. Apakah itu benar, Sobat KFTD?
Mitos: Penderita Campak dan Cacar Air Tidak Boleh Mandi
Di sekitar kita, banyak orang yang percaya bahwa penderita campak atau cacar air tidak disarankan untuk mandi, karena diyakini bahwa mandi saat terkena campak atau cacar air dapat memperparah gejala pada kulit.
Beberapa orang pun kemudian bertanya-tanya pada dokter, apakah ruam ini boleh terkena air. Karena mitos yang beredar di masyarakat, banyak orang yang tidak tahu persis bagaimana perawatan yang tepat untuk ruam akibat campak. Alhasil, pengidap campak sering kali merasakan gejala yang sangat tidak nyaman.
Lalu, bagaimana faktanya?
Faktanya, penderita penyakit campak atau cacar air dengan kelainan pada kulit menyeluruh, justru harus menjaga kebersihan kulit dengan mandi lebih sering agar perluasan penyakit dapat dicegah.
Jadi, penderita campak atau cacar air tetap harus mandi untuk menekan penyebaran virus atau bakteri pada tubuh, ya. Yuk, bijak dalam menerima informasi yang beredar di sekitar kita!
